Widget HTML Atas

Jenis Hama Penyakit Pada Tanaman TOMAT dan CABAI Holtikultura Serta Cara Penanggulangannya

Dalam budidaya pertanian holtikultura buah maupun sayur mayur, seringkali para petani digegerkan dengan banyaknya organ tanaman baik itu akar, batang, daun, maupun buah yang terserang hama dan penyakit pada tanaman. Hal ini sudah umum dan bukan hanya satu atau dua petani yang mengalaminya, bahkan hampir seluruh lapisan masyarakat petani di seluruh dunia sudah mencicipi hal serupa.

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman merupakan faktor penting dalam usaha budidaya tanaman tomat/rampai, cabai dan jenis tanaman holtikultura sayur maupun buah lainnya. Serangan dari hama dan penyakit tanaman juga dapat menimbulkan penurunan produktivitas hasil pertanian, kegagalan panen, bahkan menimbulkan maut pada organ tanaman muda maupun tua.

Beberapa jenis macam hama dan penyakit seringkali menyerang famili dari Solanaceae, baik itu pada tanaman cabai maupun pada tanaman tomat. Jenis dan macam hama serta penyakit pada tanaman tomat/rampai maupun pada cabai banyak ragamnya, mulai dari ulat grayak, kutu daun, dan lalat buah. Sedangkan penyakit pada tanaman tomat dan cabai yang sering merugikan dapat berupa busuk, layu, serangan virus, serangan jamur patogen dan jamur/fungi parasit, maupun basil dari jenis tertentu.

Akibat dari serangan penyakit dan hama tanaman holtikultura ini biasanya tanaman akan mati secara mengenaskan, mati secara mendadak, mengalami kelayuan yang secara tiba-tiba terjadi, batang dan daun rusak, dan masih banyak lagi permasalahan yang seringkali muncul dalam dunia pertanian. Berikut ini akan dijelaskan hama serta penyakit yang sering dijumpai pada budidaya tanaman tomat.

Macam-Macam Hama Pada Tanaman Tomat dan Cabai Holtikultura


Daun dan Buah Tomat Rusak Karena Hama dan Penyakit Tanaman
Daun dan Buah Tomat Rusak Karena Hama dan Penyakit Tanaman, Foto Original Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id

1. Ulat Tanah

Ulat tanah merupakan jenis hama yang menyerang pada pangkal tangkai daun dan batang. Batang maupun pangkal tangkai daun yang terkena gigitan ulat tanah akan mudah mati. Serangan ulat tanah biasanya paling banyak pada ekspresi dominan kemarau.

Karakteristik bentuk badan ulat tanah  lebih pendek daripada ulat buah, panjang sekitar 2 - 2,5 cm. Warna badan ulat tanah yaitu cokelat bau tanah dengan garis-garis disamping tubuhnya. Larva ulat tanah berkembang dan bersembunyi pada permukaan tanah sampai kedalaman 10 cm. Larva akan keluar pada malam hari dan akan menggigiti episode organ tanaman tomat.

Cara pengendalian ulat tanah ini dengan cara mengambil atau memunguti larvanya pada waktu sore maupun malam hari. Larva dapat diketahui secara pasti pada permukaan tanah atau di bawah semak-semak tanaman di sekitarnya. Selain itu, pengolahan lahan tanam yang baik juga terbukti bisa menekan angka pertumbuhan dan perkembangan dari ulat tanah itu sendiri. Apabila serangan ulat tanah sangat hebat, maka alternatif cara lain yang efektif dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida, tentu dapat meminta rekomendasi dari para petani handal yang terbukti pernah mengalami hal serupa.

2. Ulat Buah

Ulat buah (Helicoverpa armigera ataupun dari jenis  Heliothis armigera) merupakan jenis hama pada tanaman tomat yang terbukti telah banyak menyerang pada episode organ tanaman mirip pada batang, buah, daun, maupun bunga. Akibat adanya ulat buah ini buah biasanya akan menjadi bopeng (berlubang) dikarena kegiatan ulat buah ini memang seringkali sering berpindah-pindah membuat banyaknya buah tomat menjadi berlubang serta membusuk karena buahnya mengalami infeksi. Pada beberapa jenis lembaran daun tomat biasanya sering juga dimangsa oleh jenis hama ini, bahkan daunnya menjadi berlubang dan lama kelamaan akan menguning, rontok.

Karakteristik dari ulat buah yakni tubuhnya memiliki ukuran panjang sekitar 3 - 5 cm permukaan tubuhnya dilengkapi bulu-bulu halus, serta permukaan luar tubuhnya berkutil. Warna badan ulat buah sangat beragam (bervariasi) dari mulai berwarna hijau, kecokelatan, hijau kekuningan, sampai berwarna hitam legam. Memiliki ngengat dengan panjang 1 - 2 cm, dengan warna sayap episode luar tubuhnya yaitu cokelat dan episode dalamnya berwarna putih.

Cara pengendalian ulat buah yaitu dengan cara memungut secara manual menggunakan jari-jari tangan yang dibungkus sapu tangan plastik/terbuat dari kain yang cukup tebal. Cara lain dan preventif (pencegahannya) yaitu dengan menjaga kesehatan kebun maupun sawah dari aneka macam macam gulma (rumput liar) dan semak belukar yang berlebih. Dalam bentuk ngegat dapat dikendalikan menggunakan perangkap ultraviolet dan untuk penyempotan sebaiknya menggunakan insektisida pembunuh serangga.

3. Kutu Daun Hijau

Kutu daun hijau (Aspis sp), merupakan vektor pembawa virus tertentu. Jadi, apabila tanaman tomat telah dihinggapi oleh jenis hama Aspis ini akan terkena penyebaran virus. Ukuran kutu daun hijau sangat mikroskopis sekitaran 1,5 - 2 mm. Jenis kutu daun hijau ini ada yang mempunyai sayap maupun tidak memiliki sayap. Kutu daun hijau yang bersayap memiliki warna dada dan kepalanya cokelat sampai kehitaman. Selain itu, episode perutnya berwarna hijau agak kekuningan. Kutu daun hijau yang tidak bersayap mempunyai warna badan hijau agak kekuningan.

Daun tanaman tomat yang terserang kutu daun hijau memiliki banyak variasi, biasanya daun akan mudah rontok, warna daun nampak pucat, daun biasanya keriting dan menggulung lalu tangkai daunnya biasanya mengalami rontok (nekrosis) secara perlahan tapi pasti yang berujung pada mudah matinya episode daun. Selain itu, organ daun yang terserang kutu daun hijau mudah patah, daun menjadi sempit mirip pita, atau warna daun mozaik cokelat tidak rata membentuk bercak-bercak berwarna cokelat pada permukaan daunnya.

Untuk menekan dan mencegah adanya serangan tanaman tomat dan cabai dari serangan ulat daun hijau maka lahan tanam (guludan/bedengan) sebaiknya dilapisi mulsa plastik yang mudah memantulkan sinar cahaya matahari ke episode atas tanaman, karena ulat daun tidak senang dengan kehadiran pantulan cahaya yang mengenai episode tubuhnya. Penyemprotan pestisida dapat digunakan sebagai alternatif cara terbaik untuk mengurangi epidemi penyebaran hama tersebut.

4. Ulat Grayak

Ulat grayak sangat umum dan terkenal sebagai hama serius dalam dunia budidaya holtikultura baik sayur maupun buah. Sebab ulat grayak ini dapat berkembangbiak secara cepat dengan pembentukan larva yang secara rahasia berkembang di bawah daun atau di batang tanaman yang kurang pemantauan dari petani itu sendiri. Ulat grayak umumnya memiliki banyak variasi warna badan ada yang berwarna hijau tua, kecokelatan, sampai berwarna hitam. Panjang ukuran tubuhnya sekitar 2 - 3 cm, berjalan di atas permukaan daun atau buah. Terkadang banyak petani dirugikan karena kegiatan yang tidak mengenakan dari ulat jenis ini, yakni bisa merusak dedauan sehingga menjadi berlubang, rusak, robek, tangkai daun patah, serta membuat daun menjadi mudah rontok dan memiliki warna tidak segar mirip warna daun pada tanaman yang sehat.

Untuk upaya pengendalian tanaman holtikultura dari serangan ulat grayak ini maka para petani harus secara periodik dan bersiklus memantau kondisi kesehatan organ tanaman baik akar, batang, daun, maupun buahnya. Sesekali petani dapat menyemprot tanaman cabai maupun tomat dan tanaman buah dari suku Solanaceae dengan pestisida hayati buatan. Jika perkembangan ulat grayak ini sangat melimpah ruah dan sulit untuk ditanggulangi secara manual dengan diambil menggunakan tangan yang dilapisi sarung tangan tebal atau dengan cara menyemprotkan disinfektan maupun insektisida yang banyak dijual di toko pertanian terdekat di wilayah Anda berada.

5. Lalat Putih

Jenis lalat putih (Bemisicia tabaci) atau disebut juga kutu kepul mempunyai ciri badan berwarna putih, biasanya episode permukaan tubuhnya dilapisi dengan tepung berwarna putih. Panjang ulat ini relatif lumayan kecil sekitar 1 mm, rentangan sayapnya kisaran 2 - 2,5 mm.

Baik tanaman tomat maupun cabai holtikultura yang terserang lalat putih ini biasanya episode organ batang maupun daun dan buahnya terselubungi oleh oleh tepung mirip berwarna putih. Dan apabila disentuh menggunakan tangan terbuka, maka ulat putih yang mirip bentuk mirip tepung tersebut akan berhamburan. Akibat dari serangan hama lalat putih ini biasanya pertumbuhan dan perkembangan tanaman justru akan mudah terganggu, tanaman menjadi kerdil, kurus, nampak pucat dan lesu, bahkan daun akan mengecil, keriting, serta menggulung ke atas.

Cara penanggulangan tanaman cabai maupun tomat yang terserang ulat putih ini dapat dicegah dengan penggunaan mulsa jerami maupun mulsa kuning yang diberikan setiap kali tanam pada area bedengan atau guludan lahan tanam. Selain itu, membersihkan lahan tanam dari rumput liar (gulma), atau menggunakan insektisida dengan cara disemprotkan pada episode organ tanaman yang mengalami nanah atau serangan ulat putih tersebut.


6. Lalat Buah

Lalat buah dengan nama ilmiah Drosophila melanogaster merupakan salah satu hama bagi tanaman holtikultura. Ada juga jenis hama dari lalat buah Bemisicia tabaci yang juga merupakan benalu bagi tanaman buah yang banyak dibudidaya oleh masyarakat petani di Indonesia. Lalat buah ini umumnya memiliki ukuran badan yang kecil-kecil sekitar 7 - 8 mm, mempunyai dua buah sayap transparan berwarna hijau kehitaman. Buah tomat maupun cabai yang terserang lalat buah biasanya menjadi lebih cepat busuk, apabila dibuka daging buahnya terdapat belatung. Pulva lalat buah hidup di permukaan tanah di sekitaran tempat tumbuh terserang hama ini.

Pengolahan lahan tanah yang baik dan benar  merupakan kunci untuk mencegah kemungkinan persebaran epidemi hama tersebut dalam skala besar-besaran. Bolak-balikan tanah hasil cangkulan atau bajakan secara benar dan bairkan selama 5 - 7 hari pada tempat yang tercukupi sinar matahari cukup sepanjang hari sebelum tanam semoga Pulva lalat buah ini mati. Lalat buah juga dapat dikendalikan dengan cara membuat perangkap untuk lalat jantan, sehingga hasilnya lalat betina tidak dapat dibuahi oleh lalat jantan sehingga akhirnya jumlah populasinya akan menurun secara drastis. Buah yang telah diserang oleh lalat buah maka sebaiknya segera dipetik lalu dibakar atai dibuang pada tempat yang jauh dari lahan pertanian holtikultur yang ada. Bersihkan pula gulma-gulma yang tumbuh lebat di area tempat tanaman tumbuh.

7. Wereng Hitam dan Walang Sangit

Siapa yang tak mengenal wereng hitam dan walang sangit? Kedua jenis hama ini kerap sekali menyerang tanaman cabai maupun tomat, meskipun tidak semua petani banyak yang terserang hama ini, akan tetapi di beberapa tempat di Indonesia banyak pula petani yang mengeluh lantaran tanaman tomat/rampai dan cabenya telah diserang kedua hama ini. Wereng hitam mempunyai bentuk badan agak sama dengan walang sangit, memiliki sayap untuk terbang. Tubuh walang sangit memiliki panjang 0,5 - 1 cm dan biasanya berwarna hijau bau tanah dan jikalau dipegang tangan biasanya tangan akan menjadi amis khas karena ada suatu senyawa kimia tertentu yang dikeluarkan oleh badan walang sangit tersebut. Wereng hitam memiliki panjang badan sekitar 1 - 2 cm, pada beberapa spesies wereng ada yang tubuhnya berwarna cokelat maupun hitam, bahkan ada yang dijumpai berwarna hijau kecokelatan.

Wereng dan walang sangit ini biasanya akan banyak menyerang pada organ daun pada tanaman, hasilnya daun menjadi bopeng atau berlubang, serta struktur luar daunnya menjadi rusak, mudah rontok, dan adakalanya tanaman menjadi rusak total. Untuk mengendalikan kedua hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida maupun dengan membuat predator alami biologi. Langkah pencegahan terhadap hama jenis wereng maupun walang sangit yaitu dengan cara memantau rutin episode organ tanaman dan memastikan lingkungan di sekitar tanaman tetap bersih dari gulma.

8. Hama Trips (Thrips)

Pada tanaman cabe yang terserang hama thrips akan nampak bercak dan garis-garis keperakan pada daunnya, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, bahkan muncul bercak berwarna kekuningan atau warna kuning kecokelatan. Apabila daun dibiarkan secara lama, maka pada akhirnya daun layu, kering, mati dan rontok. Serangan hama trips ini akan banyak terjadi pada masa kemarau. Hama ini juga mudah sekali menyebar dan merupakan vektor dalam penyebaran virus yang dapat mengganggu laju pertumbuhan dan perkembangan pada aneka macam macam jenis tanaman sayur maupun buah holtikultura. Pencegahan dan pengendalian hama jenis trips ini dapat ditempuh dengan beberapa langkah:

  • Pengendalian secara kimiawi; Yakni dengan cara penyemprotan episode organ tanaman yang terinfeksi menggunakan insektisida berbahan aktif fipronil serta lakukan penyemprotan pada waktu sore hari. Penyemprotan tersebut dilakukan apabila serangan hama thrips dalam jumlah besar dan sudah tidak terkendali lagi;
  • Pengendalian Kultur Teknis; Yakni dengan cara memanfaatkan predator alami hama ini, yaitu mirip kepik dan kumbang. Penggunaan mulsa plastik pada episode atas lahan tanam sangat efektif untuk menekan jumlah hama jenis trips ini. Selain daripada itu, untuk menekan perkembangan hama ini dapat dilakukan rotasi tanam secara bergilir setiap kali ekspresi dominan tanamnya.


9. Hama Kutu Daun dan Tungau

Kedua jenis hama ini serius menyerang tanaman tomat, cabai dan tanaman sayur maupun holtikultur lainnya. Jenis tungau yang biasanya menyerang tanaman cabai yaitu tungau kuning dari jenis Polyphagotarsonemus latus dan tungau merah (Tetranycus sp.). Kedua tungau ini juga menyerang pada tanaman singkong (ubi kayu).

Pada tanaman cabai, serangan tungau menimbulkan daun tanaman menjadi keriting menggulung kebawah mirip sendok terbalik. Daun juga menjadi kaku dan tebal sehingga pembentukan pucuk daun menjadi terhambat, lalu kelamaan daun akan menjadi cokelat, kemudian pada akhirnya akan mati atau bahkan rontok.

Sementara itu, hama kutu daun juga menjadi penyebab kenapa daun pada cabe menjadi kering dan keriting lalu mati? itu disebabkan karena hama kutu daun dari jenis Myzus persicae ini menghisap cairan pada daun serta bisa mengundang aneka macam jenis vektor penyakit lain secara tidak pribadi yang akan menyerang organ daun bahkan batang yang masih muda.

Untuk mencegah kedua jenis hama ini, maka petani dapat melaksanakan pengendalian secara teknis dengan cara memetik daun yang terinfeksi hama dan dipetik lalu dibakar. Selain itu, menjaga kebersihan kebun dan penggunaan mulsa plastik juga terbukti bisa menekan laju perkembangan kutu daun dan tungau ini. Hindari juga penanaman cabe berdekatan pribadi dengan tanaman mirip semangka, melon dan kacang panjang, karena kemungkinan hama benalu lainnya yang menyerang cabai diperoleh dari tanama terdekat tersebut. Sementara itu, pengendalian hama tanaman cabai dari hama kutu daun secara kimiawi dapat menggunakan jenis insektisida yang mengandung materi aktif fipronil atau diafenthiuron dan untuk tungau harus menggunakan akarisida bukan dengan insektisida.

Macam-Macam Penyakit Pada Tanaman Tomat dan Cabai Holtikultura

1. Busuk Daun

Busuk daun merupakan penyakit pada tanaman holtikultura yang paling umum, dan banyak menyerang pada buah dari suku Solanaceae mirip tomat maupun cabe yang ditanam di tempat dataran tinggi. Penyakit busuk daun ini disebabkan oleh jamur benalu Phytopphthora infestans. Gejalanya yaitu daun banyak yang mengalami bercak daun berwarna cokelat sampai hitam tidak seragam. Awalnya bercak daun hanya terdapat pada pangkal daun dan sisi daun kemudian menyebar keseluruh permukaan daun sampai merata ke episode tangkai dan ujung daunnya.

Penyakit Layu Fusarium Pada Cabai
Penyakit Layu Fusarium Pada Cabai. Foto Original Oleh: guruilmuan.blogspot.co.id

Daun dan episode organ tanaman yang terserang penyakit busuk daun ini harus segera diambil/dipotong, kemudian dibakar, jangan dikubur di tanah. Untuk pengendalian lanjutan yakni dengan menerapkan contoh budidaya sehat pertanian, membuang rumput-rumput liar, melaksanakan penyemprotan dengan fungisida, dan sebelum penanaman sebaiknya belilah produk bibit yang unggul dan terjamin kualitas serta terbebas dari penyakit jamur parasit.


2. Antraknosa (patek)

Penyakit patek atau antraknosa ini disebabkan oleh adanya kegiatan cendawan benalu Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Kedua jenis spesies penyebab penyakit antraknosa tersebut juga dapat menimbulkan kecambah pada biji menjadi mati atau layu ketika disemaikan di lahan semai. Sedangkan pada tanaman sampaumur penyakit antraknosa ini dapat menimbulkan maut pada pucuk batang, maupun daun, dan jikalau menyerang buah cabai maka akan menimbulkan buahnya menjadi busuk mirip terbakar.

Penyakit patek ini dapat dibawa dari biji atau benih cabai. Pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin dengan cara membeli produk bibit tanaman yang unggul serta terbebas dari penyakit patogen. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan pembakaran organ tanaman yang terinfeksi dan penyemprotan dengan fungsida.


3. Layu Fusarium

Penyakit pada tanaman yang umum menyerang tanaman holtikultura sayur mayur maupun buah yaitu layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Jamur benalu ini merupakan penyakit serius yang banyak menyerang tanaman dari suku Solanaceae mirip tomat maupun cabai, yakni menyerang pada episode akar lalu menyebar ke episode organ tanaman lainnya melalui jaringan pembuluh angkut pada tanaman. Tanaman holtikultura yang terserang penyakit layu fusarium biasanya akan cepat mati dan mudah layu.

Jaringan pembuluh pada tanaman yang terserang layu fusarium berwarna cokelat bau tanah serta menghambar pemikiran air dan nutrisi (unsur hara) dari akar ke episode organ daun, sehingga final dari hasilnya batang atas dan daun menjadi layu bahkan terkadang tanaman mendadak mati tanpa ada penyebab yang sulit dideteksi oleh petani itu sendiri. Pada malam hari kemungkinan batang dan daunnya masih segar, namun keesokan pagi atau siangnya begitu tanaman tersebut tersengat sinar matahari sepanjang waktu dan terjadi penguapan tanaman dengan cepat mengalami kelayuan secara tiba-tiba. Pada waktu sore harinya kemungkinan tanaman menjadi segar kembali, namun keesokan harinya akan kembali layu, dan pada akhirnya secara berangsur-angsur akan mati.

Untuk mencegah dan penanggulangan tanaman holtikultura dari penyakit layu fusarium dapat ditempuh dengan metode perawatan tanaman secara intensif termasuk membuat kecukupan air pada tanaman terjaga dengan baik. Gunakan pula jenis benih (bibit) tanaman yang resisten terhadap penyakit. Penggunaan mulsa plastik juga diketahui dapat mengurangi jumlah jamur benalu dan mikroba yang dapat merugikan tanaman. Hindari juga penggunaan lahan tanam tomat maupun cabe yang telah terserang layu fusarium sebelumnya yakni dengan memberi rentang jedah waktu untuk pengolahan lahan lebih lama sebelum lahan ditanami kembali.

4. Busuk Buah

 Penyakit pada tanaman busuk buah seringkali merepotkan masyarakat petani. Busuk buah ini disebabkan oleh organisme uniseluler yakni jamur benalu dari cendawan Thanatephorus cucumeris. Penyakit ini umumnya menyerang tomat/rampai, waloh, pisang, cabai, lobak, pare, dan lainnya. Ciri dari tanaman yang terserang dari busuk buah yaitu buah terlihat bercak kecil berwarna cokelat atau cokelat semu kehitaman, kemudian bercak tersebut akan membesar secara perlahan tapi pasti, cekung dan episode tengahnya retak dan bahkan dapat menutupi pada permukaan luar badan buah.

Ada juga busuk buah yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum coccodes, dengan gejala tanaman akan memiliki bercak kecil berair, membulat, dan cekung. Biasanya pada pangkal buah bersahabat tangkainya akan berwarna keunguan.

Untuk mengendalikan tanaman holtikultura buah dari penyakit busuk buah yaitu dengan mencari secara sempurna benih unggul yang resisten dan tidak mudah terserang dari penyakit ini. Sebaiknya sisa tanaman yang terserang penyakit busuk buah ini tidak untuk dibiarkan di atas permukaan tanah bersahabat dengan tanaman lainnya, maka pribadi saja dibakar jangan dipendam di dalam tanah bertujuan untuk memutus mata rantai (siklus hidup) cendawan benalu tersebut. Sebaiknya gunakan penopang dari lenjeran semoga buah tanaman tomat tidak mudah menyentuh tanah. Lakukan juga kegiatan rotasi (perputaran) tanaman apabila serangan dari cendawan benalu ini meluas selanjutnya semprot tanaman yang terinfeksi dengan menggunakan fungsida berbahan kaptafol.

5. Bercak Bakteri

Penyakit bercak basil ini disebabkan oleh basil Xanthomonas vesicatoria. Penyakit ini umumnya menyerang pada batang, daun, dan buah pada tomat maupun cabai dan beberapa jenis tanaman holtikultura lainnya. Daun tanaman yang terserang penyakit bercak basil biasanya telihat keriting, lalu menguning dan kering, pada akhirnya akan rontok. Batang yang terserang akan nampak terlihat mirip kerang memanjang berwarna keabu-abuan atau cokelat. Sementara itu, apabila episode organ buah terserang bercak basil akan nampak adanya bercak lembap dan akhirnya buah menjadi bercak bergabus.

Pengendalian dan pencegahan tanaman holtikultura buah maupun sayur dari penyakit bercak basil Xanthomonas vesicatoria dapat ditempuh dengan cara pemilihan bibit unggul bebas dari penyakit sebelum ditanam. Rotasi tanaman dengan menyelingi tanaman dengan tanaman dari marga atau spesies tanaman berbeda merupakan alternatif cara untuk menekan pertumbuhan basil pemicu penyakit bercak basil ini. Tanaman yang terserang sebaiknya dicabut/dipotong, lalu dibakar sampai menjadi abu. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penyemprotan tanaman yang terinfeksi menggunakan bakterisida yang mengandung antibiotik, dan pastikan bahwa penggunaan sesuai dosis dan petunjuk yang telah ditentukan.

6. Penyakit Keriting Daun atau Penyakit Mosaik

Penyebab tanaman cabai dan holtikultur lainnya terserang nanah penyakit keriting daun atau mosaik yaitu karena adanya Cucumber Mosaik Virus (CMV). CMV ini juga selain menyerang buah cabai juga menyerang pada tanaman buah lainnya mirip mentimun. Gejala yang nampak apabila tanaman terserang virus mosaik (CMV) ini yaitu warna daun belang-belang hijau tua, ukuran daun menjadi lebih kecil, pertulangan dan permukaan daun menjadi kuning kecokelatan. Penyakit keriting daun atau mosaik ini dapat menyebar ke tanaman lain di sekitarnya dengan santunan serangga.

Cara pencegahannya yaitu dengan melaksanakan penyemprotan kimiawi bertujuan untuk mematikan serangga bukan penyakitnya. Untuk mengurangi penyakit CMV ini dapat dilakukan dengan cara memusnahkan organ tanaman cabe yang terserang penyakit tersebut. Pemilihan bibit tanam yang tahan terhadap virus dan penyakit merupakan upaya yang sangat dianjurkan bagi para petani untuk mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya serangan penyakit CMV ini dalam proses perawatan tanaman sampaumur nantinya. Pemupukan yang baik, sempurna dan terencana juga merupakan cara efektif untuk membantu mengurangi risiko serangan.

7. Penyakit Bule/Bulai atau Virus Kuning

Penyakit bule atau virus kuning ini banyak menyerang tanaman cabai. Penyebab dari penyakit bulai atau virus kuning ini yaitu virus gemini. Penyakit yang berasal dari virus ini dapat disebarkan di biji atau benih melalui perantara kutu sebagai vektornya.

Penyakit kuning yang melanda biji atau benih sulit untuk dikendalikan sehingga pakar pertanian merekomendasikan supaya para petani ketika awal membeli benih di toko sebaiknya belilah beni/bibit tanaman yang unggul dan terbebas dari penyakit.

Pencegahan dan penanggulangannya dapat dilakukan dengan cara mengintensifkan pemupukan, misalnya dengan penggunaan pupuk organik cair (POC) yang dapat dibuat sendiri, karena POC ini terbukti memiliki zat hara mikro dan zat hara makro yang kompleks, tujuannya supaya tanaman menjadi lebih subur, daya tahan badan tumbuhan menjadi lebih besar lengan berkuasa dan tahan terhadap aneka macam jenis penyakit baik yang disebabkan karena virus maupun basil patogen.

Demikian info seputar: "Jenis Macam Hama dan Penyakit Pada Tanaman Tomat". Semoga apa yang telah dijelaskan pada episode di atas bermanfaat untuk rekan-rekan petani semuanya. Salam budidaya pertanian. Semoga apa yang sudah ditanam di lahan perkebunan, sawah, maupun ladang Anda dapat menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi serta bisa bersaing dengan harga di pasaran. Selamat mencoba langkah di atas sebagai upaya untuk pencegahan tanaman dari serangan aneka macam macam jenis hama dan penyakit yang seringkali menyerang tanaman holtikultura.