Widget HTML Atas

Ransum Pakan Sapi Harus Berkualitas Tetapi Tetap Ekonomis

PRAKTEK PAKAN
“HARGA BERSAHABAT, KUALITAS HEBAT”

Dalam struktur biaya pembentuk harga pokok produksi (HPP) di bidang peternakan, biaya pakan menempati porsi tertinggi, yaitu kurang lebih (-/+) 75%. Maka dari itu pelaku usaha di bidang peternakan, ternak dan unggas harus selalu berusaha membuat pakan yang mampu menunjukkan performans produksi optimal dengan harga pakan semurah mungkin. Saya menggunakan tag line “Harga Bersahabat, Kualitas Hebat”. Harga pakan mahal, kualitas hebat, lebih mudah membuatnya. Tetapi belum tentu mampu menguntungkan. Lebih-lebih jikalau harga pakannya mahal. kualitasnya jeblok. Kemungkinan besar merugikan.

Pakan dengan harga bersahabat, kualitas jago ada 6 (enam) perkaranya :
1. Berapa pun harga pakannya, nilai gzinya tetap harus mengacu kepada SNI, minimum. Ibarat materi bakar minyak, setara Premium RON 88. Yang lebih ekonomis, pakan harus dibuat berkualitas setara Pertamax Turbo RON 98. Feed intake sedikit tetapi CUKUP. Karena feed intake sedikit, maka mesti ada kompensasi faktor keseimbangan unsure penyusunnya. Misal, kalsium (Ca) dalam pakan layer kadarnya 3,6 – 4,0% dan kadar fosfor 0,9 – 1,0%, maka perlu dirubah menjadi Ca 4,20% dan P 1,05%. Demikian juga berlaku untuk unsur-unsur yang lain yang tidak mampu saya sebutkan satu per satu. Karena itu merupakan kartu truf bagi “Tukang Nutrisi”. Tidak mungkin semua kartu dibuka.

Yang dimaksud cukup, jikalau :
a) Bobot badannya mampu mencapai standar sesuai strain atau breed dan sesuai umurnya. Kalau pada ayam broiler mampu mencapai bobot tubuh 2,0 kg/ekor pada umur 33 – 35 hari dengan FCR 1.6;

b) Ternak sehat. Kalau pada layer, tidak kanibal, susut jumlah ayam maksimum 0,2% per ahad atau maksimum 10% per periode s/d umur 80 minggu. Kalau pada ternak, body condition score (BCS) minimum mencapai angka 3 dan pada sapi potong, Average Daily Gain (ADG) mampu mencapai 1,0 – 1,5 kg dengan FCR maksimum 12;

c) Keseragamannya mampu mencapai standar, minimum 85%. Pada ayam petelur supaya mampu menghasilkan persentase produksi telur rata-rata semua umur 82 – 84%;

d) Kalau pada ayam petelur, telurnya mampu mencapai bobot rata-rata semua umur 63 gram/butir atau minimum hen house minimum 20 kg telur/periode s/d umur 80 ahad dengan FCR 2,05 – 2,09. Kalau pada sapi perah mampu menghasilkan susu 6.000 liter pada masa laktasi 300 - 305 hari;

2. Saat menyusun formula pakan harus memperhitungkan faktor HEAT INDEX, yaitu faktor temperatur dan kelembaban relative lingkungan. Sebab, kenyataan di lapangan, di tiap dataran heat index-nya berbeda, memerlukan keseimbangan gizi berbeda. Makara keseimbangannya harus dibuat sesuai kebutuhan ternak dan atau unggas dimana dipelihara (customized) supaya optimal. Harus mampu memenuhi “11 Jurus Keseimbangan Formulasi Pakan”, baik pakan ternak mau pun pakan unggas;

3. Dasar perhitungan nilai gizi dan feed intake untuk ternak dan unggas, harus menggunakan dasar materi kering (dry matter index = DMI). Artinya, kadar air di dalam pakan akan sangat mensugesti banyaknya feed intake. Semakin kering pakan (semakin rendah kadar air), maka feed intake akan semakin sedikit jumlahnya;

4. Pakan yang dibuat harus memiliki nilai total digestible nutrient (TDN) tinggi. Misal, percuma kadar protein dan energi dalam pakan tinggi, jikalau TDN-nya rendah, maka yang tercerna dan terserap akan rendah. Untuk menerima TDN tinggi, ada 2 cara yang mesti ditempuh, yaitu :
a) meningkatkan kualitas pakannya (quality booster) dengan cara fermentasi tertutup (in vitro) biar kadar serat sangat bergairah (SSK) dan serat bergairah (SK) turun dan dapat bonus kadar proteinnya meningkat;

b) membantu meningkatkan daya cernanya (digestible booster) ternak dan atau unggas dengan cara menambahkan probiotika secara in vivo;

5. Bahan baku yang digunakan sebagian yaitu materi baku alternative. Misal :
a) katul yang harganya mahal mampu digantikan pakai dedak dengan harga lebih murah. Tetapi melalui proses difermentasi dulu;

b) jagung mampu disubstitusi sebagian pakai tepung gaplek dicampur dengan full fat soya (FFS);

c) pakai limbah pertanian, perkebunan dan industri : ampas tahu, ampas bir, ampas singkong, ampas kelapa, ampas jagung dan lain-lain yang masih banyak ragamnya. Tentu saja saya tidak mampu menyebutkan semua alasannya yaitu sebagian merupakan kartu truf "Tukang Nutrisi".

6. Ditambah lagi menggunakan pinjaman methabolism booster dengan mikro mineral cair alami yang mampu memacu metabolis terutama di sel saraf, yaitu sari air laut (Jepang : nigari).

By Mukti Abadi