Budidaya Bawang Merah, Cara Menanam dan Pengobatan Penyakit
Cara Menanam dan Budidaya Bawang Merah Pada Lahan Rawa dan Lahan Darat
Syarat Tumbuh Bawang Merah
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, kawasan terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi besar lengan berkuasa baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung materi organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman.
Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada selesai demam isu hujan bulan April – Juni dan pada ketika demam isu kemarau bulan Juli – Agustus.
Teknik Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul bergairah dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah hingga gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah jelas dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada ketika di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda ketika dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah bacin kalau ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan kesannya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Menanam bawang merah memang menyerupai merawat bayi kata sebagian petani bawang merah. Tanaman bawang merah perlu dirawat dengan serius dan teliti serta dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Seperti apa rumitnya budidaya bawang merah silahkan disimak artikel perihal penanaman bawang merah dibawah ini.
![]() |
Penyemprotan Hama dan Penyakit di Lahan Bawang Merah |
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, kawasan terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi besar lengan berkuasa baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung materi organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman.
Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada selesai demam isu hujan bulan April – Juni dan pada ketika demam isu kemarau bulan Juli – Agustus.
Teknik Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul bergairah dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah hingga gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah jelas dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada ketika di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda ketika dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah bacin kalau ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan kesannya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Penanaman
Sebelum ditanam, kulit luar benih yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Untuk umbi yang belum bertunas bab ujung umbi dipotong dengan pisau kuran lebih 1/3 – 1/4 bab dari panjang umbi. Saat memotong haruslah hati-hati semoga tunasnya tidak ikut terpoton. Tujuan dilakukan pemotongan ialah semoga umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Dibuat lubang-lubang menggunakan penugal kecil jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm. Bibit dibenamkan 2/3, pabila terlalu dalam akan mudah mengalami pembusukan. Ujung umbi sedikit ditutup dengan tanah, kalau terlalu tebal tanah yang menutupinya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman selesai, bedengan disiram dengan air, umbi akan terus tumbuh setelah 5-7 hari.
Pemupukan
Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 3-4 hari sebelum yakni pada olah tanah terakhir, komposisi pupuk berupa: pupuk organik (kotoran ayam) 5 ton/ha, SP-36 300 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. Pemberian Ternik atau Furadan 3G sebanyak 20 – 5- kg/ha untuk nematisida dan hama dalam tanah.
Pupuk Susulan
Pemupukan dilakukan setelah pendangiran atau pembersihan gulma, derma pupuk diberikan disela tanaman dengan membuat larikan, pupuk dicampur dan aduk merata.
Pemupukan I (15 hari setalah tanam), Komposisi pupuk: Urea 50 kg/ha, KCL sebanyak 100 kg/ha dan ZA 100 kg/ha.
Pemupukan II (25 hari setelah tanam), komposisi pupuk: KCL 100 kg/ha dan ZA 300 kg/ha.
Pemeliharaan
Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan 3 kali yakni 2 minggu, 4 mnggu dan 6 ahad setelah tanam.
Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali atau apabila bedengan terlihat kering, penyiraman dilakukan pada bedengan eksklusif atau sistem leb atau penggenangan parit untuk lahan kering.
Penyiraman dihentikan 10 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit
Hama
- Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis) penyemprotan pestisida berbahan aktif bensultap, klofenapir dan siromazin
- Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn) penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif pfofenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
- Trips (Thrips tabaci Lind dan Thrips pasvisipunus Karny) pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifturin, piraklos.
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
- Bercak Ungu/Trotol (Alternaria porri)
- Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Panen dan Pasca panen
Panen ditandai dengan 70% daun menguning dan tanaman rebah, daun menguning serta leher umbi telah kosong, umbi tersembul keluar, dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). Umur panen untuk setiap varietas berbeda berkisar antra 60-70 hst.
Panen diusahakan dilakukan ketika udara cerah, cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati. Hasil panen diikat 1 – 1,5 kg setiap ikatan, pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2 -3 hari di bawah terik sinar matahari dengan posisi daun di atas.
Sebelum benih disimpan dilakukan pengeringan 7 – 14 hari di kawasan pengeringan hingga hingga kering askip, dengna posisi umbi dan daun dibolak-balik. Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit teladan dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip. Benih disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para di gudang pada suhu 25-30 derajat celcius dan kelembapan 60 -80 %.
(Sumber: Brosur UPT Balai Benih TPH Provinsi Kalimantan Selatan)