Penyebab Stress Panas Pada Ternak dan Cara Mengatasinya
Akibat Stress Panas Pada Ternak dan Cara Menguranginya
Ternak yang mengalami stres panas akhir meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mensugesti selera makan dan penampilan (MC Dowell dalam Sientje, 2003). Stres panas kronik juga menyebabkan penurunan konsentrasi growth hormone dan glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi hormon ini, berafiliasi dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mensugesti hormon aldosteron yang berafiliasi dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita stres panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan konsentrasi aldosteron (Anderson dalam Sientje, 2003).Faktor lingkungan yang besar lengan berkuasa eksklusif pada kehidupan ternak ialah iklim. Iklim merupakan faktor yang menentukan ciri khas dari seekor ternak. Ternak yang hidup di kawasan yang beriklim tropis berbeda dengan ternak yang hidup di kawasan subtropis. Namun hal tersebut dapat diatasi misalnya di beberapa negara tropis, Air Condition (AC) digunakan dalam beternak untuk mengendalikan atau menyesuaikan suhu di lingkungan sekitar ternak yang berasal dari kawasan subtropis, sehingga ternak tersebut dapat berproduksi dengan normal.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkah Laku Ternak
Faktor lingkungan abiotik ialah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis. Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya faktual terhadap ternak ialah temperatur, kelembaban.
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berkembang menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc Dowell dalam Sientje, 2003).Ternak akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stres
Stres ialah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, ibarat peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berkembang menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature).
Faktor lingkungan abiotik ialah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis. Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya faktual terhadap ternak ialah temperatur, kelembaban. Ternak akan selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stres
Stres ialah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan.
Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, ibarat peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah. Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berkembang menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman Stres panas ini akan besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu. Sapi ialah salah satu ternak ruminansia yang populasinya tersebar luas diseluruh dunia, terutama pada kawasan yang produksi pertaniannya memungkinkan.
Penyebaran ternak ini lebih merata dibanding domba dan kambing. Namun demikian, ternak sapi jarang ditemukan pada lingkungan yang ekstrim tidak bersahabat. Secara fisiologis, sapi perah memiliki sifat yang sama saja dengan sapi potong. Sifat yang dimaksud ialah lama kebuntingan, siklus birahi, prinsip-prinsip reproduksi, fungsi serta adegan kanal cerna serta kebutuhan dan pemanfaatan nutrien.
Pola pemeliharaannya juga sangat bervariasi, mulai dari peternakan sangat kecil ditingkat petani peternak yang memelihara beberapa induk, hingga peternakan besar dengan beberapa ratus induk..
Adanya variasi dalam usaha peternakan sapi perah dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya sistem sumbangan makanan, sistem perkandangan dan lingkungan. Lingkungan ialah sesuatu yang sangat luas, mengacu pada semua faktor selain genetik, yang mensugesti produktivitas dan kesehatan seekor ternak.
Pengaruh lingkungan terhadap ternak dapat secara eksklusif maupun tidak langsung. Pengaruh lingkungan secara eksklusif ialah terhadap tingkat produksi melalui metabolisme basal, konsumsi makanan, gerak laju makanan, kebutuhan pemeliharaan, reproduksi pertumbuhan dan produksi susu. Sedangkan pengaruh tidak eksklusif berafiliasi dengan kualitas dan ketersediaan makanan.
Faktor lingkungan ialah faktor yang menawarkan pengaruh cukup besar terhadap tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen faktor lingkungan , yang paling faktual pengaruhnya terhadap sapi perah, terutama pada masa laktasi (produksi susu) ialah temperatur, yang selalu berkaitan erat dengan kelembaban.Supaya dapat berproduksi baik, sapi perah harus dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyaman (comfort zone), dengan batas maximum dan minimum temperatur dan kelembaban lingkungan berada pada thermo neutral zone. Di luar kondisi ini sapi perah akan mengalami stres. Stres yang banyak terjadi ialah stres panas. Hal ini disebabkan THI berada di atas THI normal.
Produktivitas ternak merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang menentukan kemampuan produksi, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor pendukung semoga ternak bisa berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain pakan, pengelolaan, dan perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta, faktor iklim baik iklim mikro maupun iklim makro. Sehingga dalam hal ini lingkungan merupakan faktor yang besar lengan berkuasa cukup besar terhadap penampilan produksi seekor ternak. Hal ini telah dibuktikan bahwa keunggulan genetik suatu bangsa ternak tidak akan ditampilkan optimal apabila faktor lingkungannya tidak sesuai. Seperti telah disebutkan bahwa salah satu faktor lingkungan yang merupakan kendala utama tidak dapat terekspresinya secara optimal potensi produksi ternak ialah iklim mikro dan iklim makro.
Iklim makro maupun iklim mikro dapat besar lengan berkuasa eksklusif terhadap penampilan produktivitas ternak. Pengaruh tidak eksklusif ialah ketersediaan hijauan pakan ternak yang cepat bau tanah dan menyebabkan tingginya serat kasar, sedangkan penganah langsungnya ialah terjadinya stress panas atau dingin, sehingga ternak menderita stress atau ternak merasa tidak nyaman yang berakibat terhadap penurunan produksi dan reproduksi ternak. Untuk itulah perlu diketahui pengaruh ikiim terhadap kondisi fisiologis ternak, sehingga dapat diupayakan pengendalian iklim, khususnya iklim mikro semoga penampilan produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Iklim mikro ialah merupakan interaksi aneka macam faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik atau keadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa ada empat faktor iklim utama yang merupakan interaksi tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, radiasi matahari dan kecepatan angin. Negara Indonesia terletak di wilayah dengan iklim tropis berair yang dicirikan dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi yaitu suhu minimum 22°C dan suhu maksimum 32°C dengan kelembaban relatif lebih besar dari 70%. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi tersebut menyebabkan ternak akan terkena stress panas.
Apa Yang Dimaksud dengan Stres Pada Ternak?
Stres ialah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan (Yousef dalam Sientje, 2003). Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, ibarat peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah (Curtis dalam Sientje, 2003).
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berkembang menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc Dowell dalam Sientje, 2003).
Pada tekanan panas yang cukup tinggi ternak berusaha untuk menurunkan produksi panas di dalam tubuhnya (terutama dengan menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi), dan juga meningkatkan pembuangan panas dengan proses phisiologi ( memperbesar fatwa darah ke kulit, panting, dll) dan perubahan posisi tubuh. Berlawanan dengan keadaan dingin, mempertahankan suhu tubuh normal dengan cara meningkatkan jumlah makan yang dikonsumsi ( untuk memenuhi produksi panas yang dibutuhkan) serta melalui perubahan fisiologis untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh.
Pertukaran panas telah diatur oleh sistem tubuh ternak sehingga pada periode waktu panas yang dihasilkan sama dengan panas yang dilepaskan, artinya suhu tubuh ternak senantiasa tetap. Zona panas tubuh netral ialah rentangan suhu dimana panas yang dihasilkan bebas pada tekanan suhu. Pada zona ini panas yang dihasilkan terutama tergantung pada jumlah pakan dan berat tubuh ternak.
Ciri-ciri lain yang dramastis akhir stress panas ialah ditandai dengan penurunan konsumsi pakan, hal ini menyebabkan penurunan pertumbuhan sehingga pada ketika ini kita sulit untuk memprediksi pertumbuhan ternak. Rasio feed confersi tidak berpengaruh, deposisi lemak lambat, sehingga terlihat kurus. Akan tetapi jikalau proporti pertumbuhan daging relatif lebih rendah akhir penurunan feed intake di banding dengan perkembangan lemak maka ternak akan menjadi lebih gemuk dari pada yang diperlukan pada ketika dipotong.
Temperatur berafiliasi dengan fungsi kelenjar endokrin. Stres panas menawarkan pengaruh yang besar terhadap sistem endokrin ternak disebabkan perubahan dalam metabolisme (Anderson dalam Sientje, 2003).
Cara Mengurangi Stress Panas Pada Ternak
Stres panas harus ditangani dengan serius, semoga tidak menawarkan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa taktik yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah menawarkan hasil positif ialah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk menerima breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, sumbangan naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
Pengikatan Tongar/Keluh/Tali Kekang Yang Terlalu Kencang
Tongar atau Keluh yang terlalu kencang bisa menyebabkan sapi tidak dapat bergerak leluasa, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di adegan hidungnya. Akibatnya, sapi menjadi stres dan nafsu makannya menurun. Hal ini lambat laun akan besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan sapi yang tidak optimal.