Cara Petani Padang Panjang Dapat Tetap Panen Di Animo Hujan
Padang Panjang - Bagi petani di daerah Padang Panjang, Sumatera Barat, bertani mempunyai tantangan dan kesukaran tersendiri dibandingkan petani di daerah lainnya. Berada di dataran tinggi dan populer dengan kota hujan, menciptakan acara bercocok tanam perlu usaha ekstra.
Di animo menyerupai sekarang, hujan dan angin ribut hampir mampir setiap harinya. Namun begitu, berdasarkan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Badan Litbang Pertanian Sumatera Barat, Chandra Indrawanto, petani di daerah tersebut menyikapi dengan penuh kesabaran. Begitu hujan reda, petani eksklusif memanen padinya.
"Seringkali dalam sehari hanya sanggup panen selama 2-3 jam," kata Chandra dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/12/2017).
Diungkapkannya, Padang Panjang merupakan kota kecil yang mempunyai lahan sawah hanya seluas 630 ha dengan akomodasi irigasi setengah teknis. Kendati begitu, dalam beberapa hari ke depan akan selalu ada panen padi di kota ini alasannya yaitu waktu tanam yang tidak serentak.
Kelompok Tani (Keltan) Sawah 10 di Kelurahan Ganting melaksanakan panen varietas Anak Daro dan Randah Kapau seluas 20 hektar. Produktivitas 8,8 ton per hektar, dengan harga gabah Rp 5.500/kg dan beras Rp 9.500/kg.
Kemudian Keltan Limbuti 2 di Kelurahan Koto Panjang memanen padi organik varietas Anak Daro seluas 10 hektar. Produktivitas 8,16 ton per hektar dengan harga gabah Rp 8.000/kg dan beras Rp 15.000/kg. Keltan Kubang Laweh di Kelurahan Ngalau memanen varietas Saganggam Panuah seluas 7 hektar. Produktivitas 8 ton per hektar, dengan harga gabah Rp 6.000/kg dan beras Rp 11.000/kg. Keltan lain juga terlihat melaksanakan panen.
Menurut Chandra, petani di kota ini umumnya menjual hasil panen dalam bentuk beras alasannya yaitu lebih menguntungkan. Rendemen padi ke beras rata-rata 40%. Artinya, nilai ekonomi di Keltan Sawah 10 sebesar Rp 668.800.000, di Keltan Limbuti 2 sebesar Rp 49.600.000, dan di Keltan Kubang Laweh sebesar Rp 246.400.000.
Sukses lain kota ini yaitu surplus LTT (luas tambah tanam) padi sawah. Target awal seluas 1.787 hektar, tetapi sanggup terlaksana menjadi 1.881 hektar hingga 26 Desember 2017.
Namun yang harus diwaspadai yaitu mulai terlihatnya serangan hama tikus meski dengan tingkat kerusakan ringan. Ini ditemukan di Keltan Sawah 10 (0,5 hektar), Keltan Limbuti 2 (0,5 hektar), dan Keltan Talang Saiyo di Kelurahan Sigando (2,1 hektar).
"Hasil yang didapat ini tentu saja berkat kerja keras petani yang dibina penyuluh, Dinas Pangan dan Pertanian, BPTP dan pihak terkait lainnya termasuk TNI," pungkas Chandra. Sumber detik.com