Waspadai Gangguan Estrus Pada Ternak Akibat Korpus Luteum Persistant
PENYEBAB DAN CARA MENCEGAH KORPUS LUTEUM PERSISTEN
(CORPUS LUTEUM PERSISTENT = CLP) SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN AKIBAT ESTRUS TERNAK TERGANGGU
PENGERTIAN KORPUS LUTEUM
1. Korpus luteum (K.L) yaitu penghasil hormon progesteron, yaitu hormon yang berperan dalam proses menyiapkan dan menjaga kebuntingan;
2. Disebut tetap atau persisten karena ukurannya tetap besar dan tetap berfungsi menghasilkan hormon progesteron dalam jangka waktu lama;
3. Keadaan KLP bisa didiagnosa dengan palpasi rektal dimana di dalam uterus ada cairan benjol kalau menderita piometra, fetus yang telah kering kalau terjadi mumifikasi, fetus menggembung berisi udara kalau terjadi emfisema. KLP ini bisa berlangsung lebih dari setahun kalau patologinya tidak ditangani dengan tuntas;
4. KLP biasanya berada di tengah ovarium sehingga lebih susah untuk dipalpasi.
PENYEBAB
1. KLP bisa berasal dari KL yang normal, yaitu KL periodikum yang ada pada setiap satu siklus birahi, kemudian mengecil menjadi korpus luteum albikan (putih) karena lisis (meluruh) yang diakibatkan oleh pengaruh Prostaglandin F₂Alfa (PGF₂Alfa) yang membanjir pada masa simpulan birahi;
2. KLP bisa juga berasal dari KL graviditatum (kebuntingan), yaitu setelah induk melahirkan, secara normal akan mengalami lisis juga akhir kerja PGF₂Alfa;
3. Bisa juga terjadi pada induk sapi setelah melahirkan, disebabkan adanya patologi di uterus (piometra, maserasi fetus, mumifikasi fetus, emfisema fetus) dan atau simpulan hidup embrio dini;
4. Induk sapi perah yang berproduksi susu banyak, >30 liter/hari, juga sering diikuti oleh adanya KLP. Ini disebabkan hormon LTH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior pasca melahirkan, menghambat proses lisis dari korpus luteum graviditatum.
AKIBAT
1. Dengan adanya gangguan sekresi hormon progesteron yang tinggi dalam darah di luar masa kebuntingan, yang dihasilkan oleh CLP, maka akan terjadi gangguan birahi menjadi tidak birahi (an-estrus);
2. Keadaan ini menyebabkan terjadinya umpan balik negatif (negative feedback mechanism) terhadap kelenjar hipofisa anterior sehingga sekresi (pengeluaran suatu zat yang masih di dalam tubuh) hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone) yang menyebabkan terjadinya ovulasi (lepasnya sel telur) terhambat;
3. Induk sapi yang mengalami KLP selalu diikuti keadaan an-estrus berkepanjangan, bisa berbulan-bulan bahkan bisa setahun lebih;
4. Pada sapi perah bisa berjalan antara 30 – 90 hari pasca melahirkan, bahkan dapat lebih lama lagi kalau tidak terdeteksi dan diterapi;
5. KLP pada sapi perah bisa meliputi ± 26% dari sapi yang gres melahirkan. Bisa sembuh dengan sendirinya setelah beberapa bulan kemudian;
6. KLP yang disebabkan adanya faktor patologi di uterus, menyebabkan endometrium tidak bisa menghasilkan PGF₂Alfa sehingga KL tidak lisis.
TINDAKAN
1. Pertolongan terhadap adanya KLP tentu saja didasarkan diagnosa penyebabnya;
2. Bila KLP disebabkan produksi susu tinggi atau simpulan hidup embrio dini, maka pengobatannya bisa dengan menyuntik PGF₂Alfa, dengan dosis 20 – 25 mg dengan cara intra muskuler atau 5 – 6 mg dengan cara intra uterina. Satu atau dua hari kemudian akan terjadi birahi normal;
3. Cara lain, dengan pemijitan KLP secara manual melalui palpasi rektal. Tetapi cara ini bisa menyebabkan terjadinya pendarahan, disusul terjadinya radang ovarium (ovaritis) dan diikuti dengan perlengketan ovarium dengan jaringan di sekitarnya. Cara ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli. Maka, bagi orang awam cara ini tidak direkomendasikan;
4. Bila KLP disebabkan oleh patologi uterus, menyerupai endometritis, maka kejadian patologinya yang mesti diobati hingga sembuh;
5. Pada keadaan piometra, eksudat benjol harus di-flushing (digelontor) pakai desinfektan (Iodine Povidone) hingga bersih dan diobati dengan antibiotika atau kemoterapipetika. Setelah itu disusul dengan bantuan PGF₂Alfa untuk mempercepat lisis KLP;
6. Pada induk yang menderita mumifikasi fetus atau emfisema fetus, pertama-tama uterus harus dikosongkan dulu dengan mengeluarkan fetus yang mati. Bisa dengan memberi hormon pendorong kontraksi uterus (oksitosina atau estradiol benzoat). Kemudian disusul dengan bantuan PGF₂Alfa untuk mempercepat lisis KLP, maka beberapa hari kemudian akan timbul birahi.
PENCEGAHAN
1. Tata laksana pemeliharaan yang baik dan benar (good corporate governance);
2. Nutrisi harus diberikan dalam jumlah cukup semua kebutuhan ternak dalam keadaan seimbang;
3. Sistem perkandangan dibuat dan tata letak (lay out) seyogyanya mengikuti kaidah sangkar tipe F.A.E dengan seluruh drainage yang lancar;
4. Kontrol birahi dengan teliti.